Senin, 30 September 2013

Dongeng Anak Susu Tumpah

Susu Tumpah

Susu Tumpah

"Aduh, Aduh!" seorang gadis cantik pemerah susu menangis tersedu-sedu di samping ember susu yang tumpah. Sapi besar di sebelahnya asyik memamah rumput. Ekornya bergoyang - goyang, dia memandang acuh tak acuh pada sebuah ember susu yang baru saja ia tendang terbalik.
Sambil menutup mukanya yang berlinang air mata, gadis itu berkata mengiba, "Saya tadinya akan membeli telur dengan uang hasil menjual susu, kemudian saya akan menetaskan ayam dari telur itu dan menjual ayam itu di pasar dan membeli sebuah gaun sutra yang indah, sehingga semua orang ingin menari bersama saya. Tapi sekarang... sekarang..!" dan dia menangisi lagi kemalangannya. Kelihatannya ia tidak sanggup menanggungnya. "Nah, Nah!" kata seorang petani yang bijak, menepuk-nepuk kepala gadis itu. "Kamu akan mendapatkan lebih banyak susu untuk membeli lebih banyak telur untuk kamu tetaskan menjadi lebih banyak ayam untuk membeli lebih banyak gaun sutra! Tapi kamu harus ingat, sungguh gadis bodoh yang menangisi susu yang telah tumpah dan sudah menghitung jumlah ayamnya, bahkan sebelum telurnya menetas!"     

Pesan dari cerita ini adalah : jangan menangisi kemalangan berlebihan, jangan banyak berangan-angan, terima saja dulu apa adanya.

Terjemah bebas dari : Spilt Milk, Richards Topical Encyclopedia. 1951

Dongeng Anak Kelinci dan Kura-Kura

Kelinci dan Kura-Kura 

Para binatang memenuhi pinggiran jalan yang mengelilingi hutan. Hari itu ada pertandingan lomba lari antara Bung Kelinci dan Pak Kura-kura. Bung Kelinci yang lincah mencemooh Pak Kura-kura yang lamban dan berjalan pelan lalu menantangnya berlomba lari. Semua binatang sudah yakin siapa yang akan jadi pemenang lomba ini, tapi mereka tetap saja menonton pertandingan ini. Menonton para pelari itu pasti akan menyenangkan.
Di bawah jembatan di atas sungai kecil, Bung Kelinci dan Pak Kura-kura bersalaman. Mereka memulai lomba tepat setelah gagak hitam yang menjadi juri berteriak memberi aba-aba. Jauh di sana Pak Kura-kura berlari bersusah payah, berjalan terhuyung huyung dengan empat kakinya yang pendek dan gemuk. Di sampingnya Bung Kelinci melompat-lompat, berhenti setiap saat untuk mencium dan mencicipi tunas tanaman yang tumbuh di tepi jalan.
Akhirnya, Bung Kelinci sengaja berbaring di atas tumpukan daun semanggi, hanya untuk menunjukkan bahwa ia meremehkan pertandingan ini. Akan tetapi Pak Kura-kura tetap berlari susah payah dengan lamban, setapak demi setapak.
"Hey, pertandingannya sudah mulai!" teriak Pak Kambing mengingatkan dari pinggiran jalan.
Tetapi Bung Kelinci menjawab dengan tidak sabar,"Aku tahu! Aku tahu!" Tapi Pak Kura-kura paling baru akan sampai di garis akhir di ujung hutan nanti siang!" Dia menjawab sambil membaringkan dirinya dengan nyaman lalu tertidur pulas.
Para penonton semakin heboh ketika melihat Pak Kura-kura dengan gigih tetap berjalan maju dengan lamban sedangkan Bung Kelinci masih tetap tertidur pulas. Setiap langkahnya membawanya mendekat ke garis akhir. Dengan pelan dia semakin dekat. Semua leher penonton mendongak ke arah Bung Kelinci, yang meringkuk seperti bola bulu berwarna coklat, masih tidur siang.
Waktu seperti tak ada habisnya, sampai Pak Kura-kura kemudian memanjangkan lehernya dan memandang jalanan di depannya. Hanya beberapa meter lagi, garis akhir yang harus dicapainya. Dia sudah kecapaian karena harus berjalan dengan laju tercepat yang bisa dilakukannya, tapi dia berusaha sekuat tenaga untuk lari penghabisan ke garis akhir. 

Pada saat itulah Bung Kelinci terbangun! Dia melihat Pak Kura-kura hampir mencapai akhir, lalu lari cepat seperti terbang di udara. Dia berlari seperti melayang saking cepatnya. Dia bahkan terlihat hanya seperti bayang-bayang berwarna coklat.
Para burung bercuit-cuit! Singa mengaum membahana! Para penonton yang lain melompat lompat kegirangan. Mereka tidak menyangka pertandingan bisa seseru ini. Mereka berteriak riuh mendukung Pak Kura-kura yang masih berjalan lamban beberapa langkah lagi ke garis akhir sedangkan Bung Kelinci sudah sangat dekat. Sekarang sudah beberapa senti lagi dan Bung Kelinci sudah ada di belakang punggungnya.
Pak Kura-kura meregangkan lehernya panjang sekali dan menyentuh garis akhir sesaat lebih cepat daripada Bung Kelinci. Pak Kura-kura memenangkan lomba!
Para penonton bertepuk tangan dengan riuh. Mereka mengarak Pak Kura-kura di atas punggungnya dan bernyanyi betapa baik dan bahagianya dia.  "Pak Kelinci seperti biasa terlalu yakin pada dirinya sendiri," begitu kata seekor burung hantu kepada burung elang. "Sekarang dia harus menyadari bukan hanya lari cepat yang bisa memenangkan lomba."

Pesan dari cerita ini adalah : yakin pada diri sendiri itu baik, tetapi kemudian menjadi sombong adalah perbuatan yang buruk.

Terjemah bebas dari : The Hare and the Tortoise, Richards Topical Encyclopedia. 1951

Dongeng Anak Katak Yang Ingin Mengalahkan Lembu


Katak Yang Ingin Mengalahkan Lembu



Lembu tua, tinggi besar dan gemuk, tidak sengaja menginjak seekor katak kecil. Katak gepeng terinjak di bawah tapaknya yang besar. Saudara-saudara si katak itu lalu segera berlompatan ke dalam kolam untuk memberitahukan ibunya apa yang telah terjadi.
Oh Ibu! Lembu itu sangat besar! mereka berkata. Lebih besar dari apa pun yang pernah kita lihat!. Apakah sebesar ini? Ibunya bertanya pada anaknya yang paling kecil, kemudian dia menarik nafas panjang dan segera menahan nafasnya. Tubuhnya mengembang seperti balon besar. Mata katak-katak muda itu bulat terbelalak dengan kagum melihat ibunya, tetapi mereka menjawab, Lebih besar Bu! Lebih besar lagi! Lembu itu lebih besar dua kali daripada ini!
Katak Yang Ingin Mengalahkan Lembu
Tentunya tidak lebih besar dari ini bukan? Ibunya berkata sambil mengembangkan tubuhnya sekali lagi. Lebih besar lagi Bu!" mereka menjawab serentak. Sebesar ini? Dia bertanya lagi, dan dia menarik dan menahan nafas lagi lebih dalam sampai wajahnya menjadi biru.

Ya! Ya! Lebih besar lagi! teriak si kecil. Si ibu katak itu merasa direndahkan karena jawaban anak-anaknya. Dia beristirahat sejenak. Lalu dia menarik nafas lagi, jauh lebih dalam lagi. Tubuhnya menggelembung lagi lebih besar dari yang tadi, lalu tiba tiba terdengar suara letupan keras seperti balon pecah. Oh Ibu! kata seorang anak katak dengan sedih. Kenapa Ibu mengira dia bisa membuat dirinya sebesar lembu?



Pesan dari cerita ini adalah : 

kemampuan setiap orang berbeda beda. Berusahalah sekuat tenaga tapi harus disadari bahwa kemampuan orang ada batasnya.

Terjemah bebas dari :  

The Frog Who Would Outdo the Ox, Richards Topical Encyclopedia. 1951